Medan, Gelora Info — Belakangan ini kasus konten deepfake meningkat pesat; data mencatat lonjakan sekitar 550 persen dalam lima tahun terakhir. Itu artinya isi video atau gambar palsu yang dihasilkan dengan kecerdasan buatan makin sering muncul di internet. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyebut bahwa masyarakat makin membutuhkan cara untuk memeriksa apakah sebuah konten itu asli atau buatan AI agar tidak mudah tertipu hoaks.
Karena itu, Kemkomdigi mendorong agar platform digital, termasuk media sosial global seperti Meta atau Google, menyediakan fitur pengecek konten AI. Fitur ini idealnya gratis dan bisa diakses publik, sehingga siapa pun bisa mengecek sendiri apakah sebuah foto atau video adalah deepfake. Pemerintah juga sedang menyiapkan regulasi yang lebih spesifik untuk mengatur penggunaan dan penyebaran deepfake agar tidak disalahgunakan.
Langkah Komdigi tidak hanya itu saja, mereka berkolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil seperti Mafindo dan media untuk memperkuat literasi digital serta cek fakta di publik. Dengan keterlibatan banyak pihak dan dukungan dari platform digital, harapannya ruang digital menjadi lebih aman dari hoaks serta konten manipulatif.